Peranan Jenis Kelamin Terhadap Penyakit Saraf
Apakah pria dan wanita pada dasarnya sama atau berbeda telah diperdebatkan selama bertahun-tahun. Di bidang kesehatan, jenis kelamin merupakan parameter yang berguna dalam penelitian karena perbedaan biologis dan perilaku memegang peranan penting bagi wanita dalam kaitannya dengan kesehatan keluarga. Artikel ini menyoroti beberapa pandangan terbaru yang menarik tentang penyakit saraf berdasarkan jenis kelamin seseorang.Di negara-negara maju, jumlah wanita dibandingkan dengan jumlah pria dalam kelompok usia 80 tahun ke atas lebih dari dua kali lipat. Penyakit yang lebih sering dialami oleh wanita karena harapan hidup yang lebih lama di antaranya adalah Alzheimer, gangguan muskuloskeletal, seperti osteoartritis, reumatoid artritis dan osteoporosis, dan penyakit jantung. Terjadi pada wanita hampir dua kali lebih tinggi daripada pria.
Terdapat perbedaan penting dalam reaksi emosi dan kognitif yang berhubungan dengan proses belajar, daya ingat, bahasa tubuh, takut, cemas dan nosisepsi, juga risiko dan konsekuensi penyakit-penyakit saraf.
Gangguan neurologis seperti disleksia dan gagap tiga sampai empat kali lebih sering dialami anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, dan gangguan hiperaktif (Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ ADHD) 10 kali lebih sering dialami oleh anak laki-laki.
Di bidang kesehatan jiwa, jenis kelamin juga merupakan prediktor kuat dari risiko relatif perkembangan autisme atau gangguan spektrum autisme yang hingga empat kali lebih sering dialami pria, seperti juga tahap awal skizofrenia dengan gejala lebih berat dilaporkan terjadi pada anak laki-laki.
Sebaliknya, gangguan depresi, bipolar, kecemasan, dan gangguan panik hampir dua kali lebih sering dialami wanita dibandingkan dengan pria, sementara anoreksia bulimia tiga kali dan anoreksia nervosa 13 kali lebih sering dialami wanita.
Dr. Mohammed Tauqeer Ahmad, Spesialis Saraf, Raffles Neuroscience Centre
